My Blog List

Sunday, February 5, 2017

KISAH CINTA DI ACARA OSPEK

KISAH CINTA DI ACARA OSPEK


Memang menyenangkan menginjak masa-masa akhir studiku. Di kampus, mata kuliah terasa bermanfaat. Pada fase akhir ini setiap yang diajarkan dosen sudah pada aspek yang paling teknis dan kontekstual, sudah membicarakan bagaimana adaptasi pelajaran dengan ruang lingkup pekerjaan nanti, sudah membicarakan tantangan-tantangan yang harus bisa kami antisipasi jika nanti jadi seorang JobSeeker. Konon di Jepang pada tingkat ini para mahasiswa telah belajar bagaimana menjelaskan perbedaan antara istilah analog dan digital, sudah belajar membuat animasi, belajar software development, serta praktik merakit robot.

Tak mengapa, lebih dari itu kami mulai sibuk ke toko buku Gramedia untuk membeli panduan praktis menjawab soal-soal psikotes, teknis yang baik menyelesaikan perhitungan rekening koran, dan cara jitu menjawab pertanyaan-pertanyaan penguji saat interview.

Nah, seperti adat istiadat yang sudah sangat lumrah di kampus manapun di negeri ini, berpredikat senior tertinggi di kampus adalah impian setiap orang, tentu dengan alasan yang juga klasik, ingin menjadi panitia ospek. Ospek merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan fakultas untuk menyambut adik-adik mahasiswa/i baru, memperkenalkan kepada mereka dinamika kampus, struktur organisasi, tata cara perkuliahan, dan akhir dari semua itu adalah sebagai wahana mengenal senior-senior mereka yang tak jarang sering congkak dan rewel-rewel. Lebih dari itu, ospek acap kali dijadikan ajang cari jodoh, tebar pesona, mencari popularitas setinggi-tingginya dengan satu tujuan disegani dan dikagumi.

Menjadi panitia ospek adalah salah satu tugas yang paling menyenangkan. Tugas lain yang amat kami senangi adalah menjadi koordinator acara inagurasi. Di tahun ajaran baru 2013/14, kali ini aku diberi kesempatan oleh fakultas menjadi bagian dari panitia penerimaan mahasiswa baru perwakilan dari HMD D3 Akuntansi, acara akbar ini diselenggarakan akhir agustus selama 3 hari, dan selama 3 hari itu pula aku memaksakan diri bangun subuh-subuh untuk menyambut adik-adik yang sudah harus datang di pelataran jam 6 pagi, sesuatu yang jarang dari kebiasaanku, karena aku sering kali bangun di saat matahari sudah begitu terik.

Kawan, tentu kau tau dan sangat tau, bahwa mahasiswi-mahasiswi fakultas ekonomi identik dengan kecantikannya dan sangat fashionable, fakultas ini bagiku miniatur kecil laksana mall-mall besar di kota Medan yang berseliweran di dalamnya cewek-cewek cantik yang hobi berbelanja, shooping, dan hura-hura, mungkin mereka seperti itu karena latar belakang orang tuanya yang kaya raya, atau harta warisan bapaknya yang selangit sehingga ia berkesempatan tampil memukau setiap kali berangkat ke kampus, atau mungkin saja ibunya cantik sehingga ia pun terlahir cantik atau bahkan lebih cantik.

Jika ada sesuatu yang paling absurd di muka bumi ini, itu adalah cinta. Aku merasakannya sendiri. Maka, jika kita tak malas membaca sejarah, pasti kita pernah mendengar Colosseum Verona. Tak jauh dari Colosseum Verona, ada sebuah rumah tua. Rumah tua yang biasa saja, namun dulu, William Shakespeare, jauh-jauh datang dari London untuk kost di rumah itu, tentu saja demi suatu ilusi suci yang disebut kaum seniman sebagai inspirasi. Shakespeare ingin menyerap gairah cinta Italia. Di rumah tua itulah ia menulis kisah cinta terbesar dalam sejarah umat: Romeo and Juliette.

Kesempatan menjadi panitia ospek tahun ini sedikit membuka harapanku untuk dapat mengenal mahasiswi-mahasiswi baru yang kumaksudkan tadi haha, tapi aku bukan termasuk type laki-laki yang kurang ajar kawan. Aku pikir cerita-cerita lama yang mengatakan kalau opsek bisa jadi ajang cari jodoh hanyalah teori belaka, atau tepatnya humor saja, tapi kali ini aku benar-benar merasakannya. Hari pertama kegiatan ini dilaksanakan telah memperjumpakan aku padanya yang belum pernah kukenal sebelumnya, ketika aku sampai pada ruang kelas corporate yang ditentukan panitia aku pun melihatnya untuk pertama kali, tak perlu banyak kesan untuk membuatku kagum padanya, mata kami bertatapan dengan perasaan yang tak dapat kulukiskan dengan kata-kata, sesekali saling curi pandang.

Posisiku sebagai seorang senior luntur berantakan, aku tak lagi menghiraukan itu, jumpa pertama ini membuat tanganku terasa dingin membeku seperti aku sedang mencengkeram batangan-batangan es lilin. Ah indah sekali rupanya cinta itu…. Saat itu aku merasa jarum detik seluruh jam yang ada di dunia ini berhenti berdetak. Semua gerakan alam tersentak diam dipotret Tuhan dengan kamera raksasa dari langit, blitz-nya membutakan, flash!! Menyilaukan dan membekukan. Aku terpana dan merasa seperti melayang, mati suri, dan mau pingsan dalam ekstase. Aliran darah di sekujur tubuhku menjadi dingin, jantungku berhenti berdetak sebentar kemudian berdegup kencang sekali dengan ritme yang kacau seperti kode morse yang meletup-letupkan pesan SOS. Lebih dari itu aku menduga bahwa dia, si junior yang duduk di jajaran bangku di depanku ini, yang tertegun seperti patung nona cantik, agaknya juga dilanda perasaan yang sama. Jika prediksiku tidak keliru haha…

Tapi kami berdua masih terpaku saling curi pandang tanpa mampu berkata apa pun, lidahku terasa kelu, mulutku terkunci rapat—lebih tepatnya ternganga. Tak ada satu kata pun yang dapat terlaksana. Aku tak sanggup beranjak meninggalkan ruangan ini karena ingin selalu meliriknya. Wanita ini memiliki aura yang melumpuhkan. Tatapan matanya itu mencengkeram hatiku. ahhh cinta kadang lebih gila dari hal yang paling gila sekalipun…

Ia memiliki struktur wajah yang oval dengan air muka yang sangat menawan. Hidungya sedikit lebih mancung dari cewek kebanyakan. Garis wajahnya tirus dengan tatapan mata kharismatik menyejukkan sekaligus menguatkan hati, seperti tatapan wanita-wanita yang telah menjadi ibu suri. Jika menerima nasihat dari cewek berhidung seperti ini, semangat pria manapun akan berkobar.

Seperti kebanyakan ras batak campuran, tulang pipinya tidak menonjol, tapi bidang wajahnya, bangun bahunya, jenjang lehernya, potongan rambutnya, dan jatuh dagunya yang elegan menciptakan keseluruhan kesan dirinya benar-benar manabur pesan, pesan yang kutangkap adalah “renggutlah hatiku abang senior” aihhhh indah tak terperi kawan, itulah enaknya jadi senior sekaligus panitia ospek..Aku tahu bahwa selain sejuta perasaan tadi yang mungkin sama-sama melanda kami, ia juga merasakan malu-malu kucing yang tak terkira.

Sepanjang perjalanan pulang ke rumah setelah selesai acara ospek di hari pertama aku bernyanyi-nyanyi kegirangan, karena aku sedang bersuka cita. Seluruh energi positif kosmis telah memberiku kekuatan ajaib. Semua terasa adil kalau sedang jatuh cinta. Cinta memang sering membuat perhitungan menjadi kacau. Sepanjang perjalanan aku bersiul dengan lagu yang tak jelas. Lagu tanpa harmoni, lagu yang belum pernah tercipta, karena yang menyanyi bukan mulutku, tapi hatiku. Jika sedang tak bersiul di telingaku tak henti-henti berkumandang lagu Jatuh Cinta karya Baron Soulmate. Saat itu yang ada di pikiranku hanyalah junior itu, junior itu, junior itu, serta detik-detik ketika cinta menyergapku tadi. Hukuman yang kejam hanya akan menambah sentimental suasana romantis di mana aku hampir saja menerobos lampu merah dan disenggak pengendara lain, ah semua itu membuatku merasa menjadi pahlawan cinta…

Akhir dari sedikit cerita manis ini adalah aku memacarinya di hari kamis tanggal 24 Oktober tepat seminggu setelah ia berulang tahun. Dan belum genap dua bulan kami pacaran ia memutuskan relationship dengan sebuah pesan singkat di pagi hari di tanggal 20 Desember. Aku terdiam. Sedalam mana pun perasaanku, sehebat apa pun teoriku, semudah itu saja! Bagaimana kalau nanti aku menjadi acara TV yang membosankan? Seperti sinetron Ganteng-Ganteng Srigala? Hari ini aku mengenal satu sisi perempuan yang harusnya sudah kupahami sejak dulu. Cinta bagi wanita cantik adalah katarsis. Tak ada yang salah dengan hal itu, apalagi itu haknya, namun ia dan nilai-nilai yang dianutnya menimbulkan situasi oportunistik bagiku. Sebenarnya, dengan sedikit sikap culas, aku bisa meraup keuntungan dari wanita yang setiap aspek dalam dirinya diidamkan setiap laki-laki ini. Ia seperti buah khuldi, cintanya simalakama. Dilematis!

Ia hanyalah perempuan menawan yang akan selalu menjadi sahabat baikku. Tak kan kulupa ia pernah membuatku merasa ganteng. Kuceritakan pada teman-temanku kalau aku walk out darinya, teman-temanku amat menyayangkan itu dan menyesali sikap bodohku. Namun, bukankah sejarah pribadi bergantung pada bagaimana kita membuatnya? Orang-orang bisa saja mengenangku sebagai si naïf yang hipokrit, tapi aku tak ingin mengenang diriku sendiri sebagai seorang oportunis.

Aku tak bisa berpikir jernih, bermimpi buruk, berhalusinasi, dan dihantui khayalan-khayalan aneh. Jika aku melihat ke luar jendela kamar dan ada seekor kucing cantik lewat maka kucing itu menjadi monokrom. Jika aku mendengar suara kendaraan di jalanan maka bunyinya seperti burung mistik pengabar kematian. Aku merasa setiap orang: kawan-kawan di kampus, cleaning service fakultas kami, polisi pamong praja yang berkantor di belakang rumahku telah berkonspirasi melawanku. Itulah kira-kira isi kepala seorang pemimpi yang hampir gila karena frustasi putus cinta.

Meskipun selama kurang dari dua bulan aku pacaran dan belum pernah jalan berduaan dengannya dan sangat jarang bertemu, tapi perasaanku padanya melebihi segalanya. Ia adalah sosok yang dapat menimbulkan perasaan sayang demikian kuat bagi orang-orang yang secara emosional terhubung dengannya. Ia cantik, pintar, dan baik. Cinta kami sekalipun kaku dan jarang ada kejutan-kejutan, namun menyenangkan, itulah yang membuatku amat terkesan. Tapi rupanya ketika kami bertemu di lantai dua ketika aku mengambil toga untuk wisuda, saat itu pula nasib memisahkan kami. Kini dirinya menjadi semakin berarti ketika ia sudah menjauh dan aku merasa getir. Keputusannya itu meninggalkan sebuah ruang kosong, rongga hampa yang luas, dan duka lara di dalam hatiku. Dadaku sesak karena rindu dan demi menyadari bahwa rindu itu tak kan pernah terobati, aku rasanya ingin meledak. Aku selalu ingin ke kampus setiap hari untuk menculiknya, tapi aku tahu tindakan dramatis seperti film India itu akan percuma saja karena di sana aku hanya akan dinilai sebagai laki-laki lemah.

Aku merana, merana sekali. Aku merasa tak percaya, amat terkejut, dan tak sanggup menerima kenyataan bahwa sekarang aku sendiri. Sendiri di dunia yang tak peduli. Jiwaku lumpuh karena ditinggal kekasih tercinta, atau dalam bahasa puisi: aku mengharu biru tatkala kesepian melayap mencekam dermaga jiwa, atau: batinku melangsa berdarah-darah tiada daya mana kala ia sirna terbang mencampak asmara.

Dan juga laksana film India, perpisahan itu membuatku sakit. Seperti pertemuan pertama dalam insiden ospek di momen yang bersejarah tempo hari, saat itu kebahagiaanku tak terlukiskan kata-kata. Maka kini, saat perpisahan, kepedihanku juga tak tergambarkan kalimat. Beberapa waktu lalu aku pernah menertawakan kawanku yang menderita galau hebat karena cintanya diputuskan oleh temanku sendiri. Ketika itu aku tak habis pikir bagaimana kekonyolan seperti itu bisa terjadi. Namun, kini hal serupa aku alami. Hukum karma pasti berlaku!

Aku tersenyum mengenang nostalgia kisah cinta di kampus yang berawal dari ospek itu. Aku juga merasa beruntung  telah menjadi orang yang pernah mengungkapkan cinta. Masih terasa indahnya sampai sekarang. Merasa beruntung karena kejadian itu merupakan tonggak bagaimana secara emosional aku telah berevolusi. Dan agaknya cintaku padanya amat berkesan karena ia telah melambungkanku pada tingkat kepercayaan diri bahwa aku mampu melukiskannya dalam sebuah tulisan kecil di blog ini, sedikit mengasah kemampuanku menulis.

Ada orang-orang tertentu yang memendam cinta demikian rapi. Bahkan sampai mereka mati, sedikitpun mereka tak pernah memperlihatkan getar hatinya. Jika malam tiba mereka mendengus-dengus meratapi rindu, menampar muka sendiri karena jengkel tak berani mendeklarasikan cinta yang menggelitik perutnya. Cintanya tak pernah terungkap karena ngeri membayangkan risiko ditolak. Lama-lama, seperti seorang yang narsis, mereka menyukai menyintai seseorang di dalam hatinya sendiri. Cinta satu sisi, indah tapi merana tak terperi. Mereka hidup dalam bayangan. Mengungkapkan cinta agaknya mengandung daya tarik paling misterius dari cinta itu sendiri.

Kita dapat menjadi orang yang skeptis, selalu curiga, dan tak gampang percaya karena satu orang pernah menipui kita. Tapi ternyata dengan satu kasih yang tulus lebih dari cukup untuk mengubah seluruh persepsi tentang cinta. Paling tidak itu terjadi padaku. Meskipun cinta itu telah memperlakukanku dengan amat buruk, aku tetap percaya pada cinta. Saat ini aku hanya berharap kebaikan-kebaikan selalu menghampirinya setelah hari putus cinta ini. Gambaran cinta seindah lukisan taman bunga karya adiluhur Dinas Pertamanan Pemko Medan biarlah seperti apa adanya. Kalau aku menjumpainya lagi di tahun-tahun setelah ini bisa-bisa citra lukisan itu pudar karena mungkin saja ia di masa yang akan datang adalah ia yang gemuk, pantat turun, perut buncit, dan kantong mata. Ia yang aku jumpa adalah venus dari laut Cina Selatan dan aku ingin tetap mengenangnya seperti itu.

Aku senang telah mengenal beberapa perempuan dalam hidupku, terutama karena telah memberiku pelajaran moral, bahwa, ke mana pun tempat yang akan kutempuh, apa pun yang telah kucapai, dan dengan siapa pun aku berhubungan, aku tetaplah lelaki sederhana, tak dapat kubasuh-basuh.

No comments:

Post a Comment

Disqus Shortname

Comments system