Andai Saja
Judul Cerpen
Andai Saja
Kategori:
Cerpen Cinta Sedih, Cerpen Penyesalan
Lolos
moderasi pada: 15 March 2017
Andai saja
waktu dapat kuhentikan..
Kan
kuperbaiki semua kesalahan kupadamu..
Andai saja
waktu dapat kuputar kembali..
Aku kan
berteriak lantang dan mengatakan bahwa ku mencintaimu..
Sangat..
Aku terlalu
lemah untuk menyadari perasaanku..
Yang
ternyata menyambut cintamu..
Tapi semua
terlambat..
Kini
kusadari kau takkan kembali…
Seorang
lelaki dengan langkah angkuhnya menyusuri koridor sekolah. Ia menatap lurus dan
tak menghiraukan tatapan kaum hawa yang mengagumi ketampanannya. Namanya Alex
Saputra, akrab disapa Alex. Tak ada yang tak mengenal lelaki itu. Tubuhnya
tegap, tinggi semampai, kulitnya yang kuning langsat dan hidungnya yang mancung
selalu menjadi kaguman setiap kaum hawa. Terlebih lagi ia adalah kapten basket
di SMA NUSANTARA 1. Sayangnya, tak ada satu pun gadis yang dapat meluluhkan
hatinya yang sekeras batu itu.
“Lex!”
teriak seorang pemuda yang bersegera berlari menuju Alex. Alex berhenti dan
menunggu temannya itu sampai di depannya.
Alex
mengeryitkan keningnya pertanda ia tak paham dengan tingkah temannya itu. Teman
Alex yang ternyata bernama Tio itu mengerti dengan maksud Alex. Ia perlahan
menepuk bahu Alex dan mengatur nafasnya, yang ngos-ngosan karena berlari tadi.
“Itu… Lo
disuruh sama Pak Dani buat nemenin siswi baru ke kelasnya broo..” ucap Tio
dengan susah payah.
“Trus kenapa
harus gue? Kan banyak yang lain? Lagian, kan gue nggak tau, tuh cewek kelas
berapa?” ucap Alex tak menyetujui.
“Tuh anak
baru, sekelas sama lo broo, makanya lo yang disuruh. Udah gue capek. Pokoknya
sekarang lo harus ke ruangan Pak Dani. Gue tinggal ya” ucap Tio seenaknya
menjauhi posisi Alex.
Dengan
langkah malas Alex pun mengarahkan kakinya ke ruang Pak Dani. Di sana terlihat
Pak Dani bersama seorang gadis. Ya. Bisa ditebak, gadis itulah yang dimaksud
oleh Tio.
“Akhirnya
Alex datang..” ucap Pak Dani tersenyum melihat kedatangan Alex.
Gadis yang
berada di samping Pak Dani pun mengalihkan pandangannya pada Alex. Perlahan ia
tersenyum, tapi dibalas dengan tatapan tajam oleh Alex.
“Alex
perkenalkan ini Via, dia akan menjadi teman barumu di kelas. Via, ini Alex.
Kapten basket sekaligus peraih juara umum tahun kemarin.” Ucap Pak Dani bangga
memperkenalkan Alex.
Via pun
mengulurkan tangan dan disambut tak ramah oleh Alex. Ada sedikit rasa kecewa
timbul di hati Via, tetapi ia tetap menunjukkan senyuman yang tulus pada Alex.
“Alex,
sekarang tolong kamu antarin Via ke kelas. Via, kamu ikutin Alex ke kelas ya”
Dengan malas
Alex mengiyakan perintah Pak Dani karena sejujurnya ia sangat malas berdekatan
dengan yang namanya “Cewek” karena bagi Alex cewek itu hanyalah makhluk yang menyusahkan,
bawel, cerewet dan manja, itulah alasan mengapa sampai saat ini Alex tidak
pernah berpacaran. Jangankan berpacaran, dekat dengan seorang gadis pun ia
enggan. Ia selalu mengacuhkan setiap gadis yang mendekatinya.
Saat Alex
dan Via telah menginjakkan kaki di kelas XI IPA 1, setiap pasang mata tertuju
pada mereka. Sejujurnya Via sangat risih dengan tatapan teman-teman barunya.
Tepat sekali pada jam pertama hari ini yang mengajar adalah Buk Wati. Buk Wati
segera menyambut Alex dan Via dengan seulas senyuman.
“Perkenalkan,
nama saya Shelvia Siregar. Biasa dipanggil Via. Saya harap, teman-teman ingin
berteman dengan saya” ucap Via diikuti krasak-krusuk teman-teman barunya.
“Via!”
teriak seorang gadis bergegas berlari menuju Via. Via tersenyum menyambut
kedatangan gadis itu.
“Ya Natasya,
kenapa lari-lari kayak gitu? Aku nggak bakal pergi kok. Hahaha” Via tertawa
lepas melihat sahabat barunya ini. Saat di kelas tadi, Via dan Natasya
berkenalan dan menurut Natasya, Via seorang gadis yang baik, manis dan supel.
“Kita ke
kantin yuk!” ajak Natasya menggandeng tangan Via. Via menanggapi keceriaan
sahabatnya tersebut dengan tawa renyahnya.
“Oya
Natasya, kamu deket nggak sama Alex?” tanya Via, saat mereka telah duduk pada
salah satu kursi panjang di kantin. Natasya yang mendengar pertanyaan dari
sahabat barunya tersebut, mengeryitkan kening tanda tak mengerti. Ia mencerna
apa maksud Via menanyakan tentang cowok yang dingin itu.
“Kamu nggak
salah nanya nih Vi?” tanya Natasya memastikan. Via menggeleng mendengar respon
sahabatnya itu.
“Yang harus
kamu tau Vi, Alex itu manusia yang hidup bertahun-tahun di kutub, makanya noh
dia tu dingin bangeeeeettt. Kamu harus percaya sama aku Vi” ucap Natasya
serius.Via hanya mengangguk-anggukkan kepala mengiyakan jawaban sahabatnya. Via
heran, mengapa sedari tadi ia tak pernah melihat Alex dekat dengan salah satu
gadis di sekolah ini? Padahal, Alex kan seorang cowok yang bisa dikategorikan
perfect.
Dalam suatu
pagi aku bergegas
Untuk
melupakan kejenuhan hati
Hilangkan
rasa sepi ini kawan
Segenap
bergegas untuk meraih kemenangan..
Seorang
gadis tampak mengikuti lirik lagu yang ia dengar. Sesekali ia menggerakkan
kepalanya pertanda ia menikmati setiap bait lirik lagu, Say’A Band tersebut.
Rambutnya yang ikal ikut terayun-ayun seirama dengan gerak kepalanya.
“Hoi!”
Seorang gadis menepuk bahu sahabatnya yang sedari tadi asik mendengarkan lagu
favoritnya. Refleks, sahabat gadis itu kaget dan melepaskan headset yang sedari
tadi setia menutupi telinganya.
“Yaelah
Sya.. Kamu mau bikin jantung aku copot? Trus mau ngeliat aku mati mendadak ya?”
ucap Via mengelus-elus dadanya dan berusaha menormalkan kembali detak
jantungnya.
Akhir-akhir
ini ia merasa ada yang tak beres dengan dirinya sendiri. Biasanya ia tak pernah
kaget dengan hobinya Natasya yang sering mengagetkannya tapi kini lain.
Keringatnya pun bercucuran karena ulah Natasya. Atau mungkin… Semoga saja
tidak.
Natasya
hanya tertawa melihat wajah sahabatnya yang kaget karena ulahnya sendiri.
Tawanya terhenti saat Alex memasuki kelas. Ia melirik Alex dan Via secara
bergantian. Ia melihat adanya kemiripan antara Alex dan Via. Perlahan bibirnya
tertarik membentuk seulas senyuman.
“Noh tu
pangeran kamu dateng Via, keren banget yaa..” cibir Natasya pada sahabatnya.
Via hanya
terdiam menanggapi cibiran sahabatnya. Ada guratan kesedihan di wajahnya. Via
sudah sangat lelah menghadapi sikap Alex setiap kali Via mendekatinya. Begitu
dingin. Sangat. Mungkin ia harus memutuskan untuk berhenti mendekati Alex.
Harus. Tapi memang benar, seperti pepatah bilang “Mulut bisa berbohong tapi
hati tak kan pernah bohong”
Perlahan ia
menghela nafas berat. Via melirik Alex yang sedang membaca novel kesukaannya.
Ingin sekali ia menyapa dan menghampiri Alex, tapi bisa ditebak respon lelaki
itu. Sudahlah.. Bukannya nanti akan ada ulangan? Dan seharusnya ia fokus
menghafal kembali pelajarannya. Tapi tak satu pun yang lengket di kepalanya.
Bergegas Via
berlari menghampiri Alex yang semakin mempercepat langkahnya untuk menghindari
Via. Tapi ia salah. Sejauh apapun ia belari, Via pasti dapat mengejarnya.
“Sampai
kapan kamu bakal jauhin aku?” tanya Via berhenti di depan Alex.
“Berhenti
ngejar aku. Berhenti nunggu aku karena faktanya aku nggak ada rasa apapun sama
kamu” jawabnya dingin lalu berjalan menjauhi Via.
Tes.
Perlahan air mata Via mengalir. Ia tak bisa lagi menahan air matanya. Ingin
rasanya ia berteriak tapi untuk berkata lirih saja ia tak bisa. Selemah itukah?
Brak! Via
menutup pintu kamarnya kasar, ia berlari menuju ranjang kesayangannya lalu
memeluk bonekanya. Ia ingin menumpahkan semua kesedihannya, ia berniat untuk
mengurung dirinya di dalam kamar seharian, karena untuk bergerak saja ia malas.
Setelah
melawan rasa malasnya, perlahan Via beranjak dari ranjangnya, lalu mengambil
kertas dan menulis sesuatu di kertas itu. Tak henti-henti air matanya mengalir
begitu saja. Setelah menulis di kertas itu, ia segera melipatnya dan
memasukkannya kedalam amplop berwarna biru langit.
Via segera
menaruh amplop tersebut di dalam tas coklat kesayangannya. Dengan langkah
gontai, ia duduk di balkon atas rumahnya, lalu menerawang memandang langit
malam tak berhias bintang.
Suatu hari
nanti kau akan mengerti saat aku pergi
Suatu saat
nanti saat kupergi dan tak akan kembali
Suatu hari
nanti kau akan mengerti saat ku tak disini
Saat tubuhku
mulai terbaring mati
Dan kau kan
menangis..
Via menghapus
air matanya perlahan, rasanya ia tak sanggup lagi untuk menjalani hidup ini.
Dunia terlalu keras untuk dirinya yang lemah. Perlahan ia mengusap-usap
lengannya, karena angin malam yang dingin kini telah menerpanya.
“Aku
mencintaimu, sungguh.. Tapi, aku tak bisa menemanimu lebih lama lagi.. Maaf..”
lirihnya
Memang cinta
itu tak selamanya bahagia. Tak semua cinta memberikan kebahagiaan. Hatinya
telah memilih Alex tuk ia cintai, tetapi mengapa hati Alex tak jua memilih
untuk mencintainya? Salahkah jika ia memilih tuk mencintai seorang yang tidak
mencintainya sama sekali? Untuk menghargai perasaannya pun Alex enggan. Via tak
habis fikir, mengapa sampai sesakit ini mencintai Alex.
Krasak-krusuk
anggota kelas XI IPA1 pun memecahkan keheningan kelas, setelah Pak Dani
memberitahukan bahwa saat ini Via sedang koma karena komplikasi jantung di RS
Mawar. Alex yang baru saja menginjakkan kakinya di kelas pun heran dengan
suasana kelas yang ramai pagi ini. Biasanya suasana kelas XI IPA 1 sunyi,
tetapi kini ada yang berbeda.
“Kenapa sih?
Ribut-ribut gini?” tanya Alex pada teman-temannya. Seketika kelas hening.
Natasya langsung beranjak dari tempatnya lalu menghampiri Alex.
“Lo harus
tau keadaan Via sekarang!” ucap Natasya dingin menatap Alex. Tatapan itu
seperti ingin membunuh Alex.
“Via? Kenapa
lagi dia?” respon Alex cuek.
“Dia
sekarang koma!” ucap Natasya to the point, lalu meninggalkan Alex dalam keadaan
mematung.
“Apa? Koma?”
ucap Alex lirih.
“Nggak
mungkin!” teriak Alex memenuhi kelas XI IPA 1.
“Lo bodoh
udah sia-siain dia! Ingat! Lo orang yang paling BODOH!” teriak Natasya lantang.
Perkataan Natasya itu seakan merobek hatinya. Teman-teman sekelasnya pun hanya
bisa menjadi penonton saat perdebatan mereka terjadi.
Di tempat
ini banyak orang yang berlalu lalang. Tempat yang selalu dihiasi cat putih,
membuat beberapa orang enggan untuk memasuki tempat ini, apalagi untuk tidur
disini. Ya. Tempat ini adalah Rumah Sakit. Tempat yang sama sekali tak ingin
dimasuki oleh Via. Dan sekarang kenyatannya ia harus terlalap di salah satu
ruangan di Rumah Sakit.
Dengan
langkah gontai, Alex menuju ruangan Via. Tempat dimana Via sedang berusaha
bertahan untuk dapat melanjutkan hidupnya. Ia memandang Via dengan tatapan
kosong dari balik kaca ruangan Via. Di samping ranjang Via, tampak mamanya yang
setia duduk dan menunggu sampai Via membuka matanya kembali.
“Lo jahat
Lex.. Dia tulus sama lo.. Dan lo tau perasaannnya.. Dan yang lo lakuin apa? Lo
mengabaikannya..” lirih Natasya berdiri di samping Alex mengikuti pandangan
Alex. Alex hanya bisa terdiam, ia tak bisa berkata apa-apa lagi.
“Dokter!
Dokter!” teriak mama Via keluar dari ruangan Via, dengan raut wajah yang cemas.
Dokter yang mendengar teriakan mama Via, bersegra menghampiri mama Via. Mereka
tampak sedikit berdebat, lalu suster mempersilahkan mama Via menunggu di luar.
Mama Via
tampak memejamkan mata lalu berdo’a untuk keselamatan anaknya. Alex dan Natasya
pun juga begitu.
Beberapa
menit kemudian, Dokter keluar dengan wajah sedih dan merangkul mama Via. Alex
dan Natasya yang melihat itu pun menghampiri mama Via.
“Maaf
sekali, saya tak bisa menyelamatkan nyawa Via..” lirih Dokter lalu menenangkan
mama Via yang menangis sejadi-jadinya.
Alex yang
telah mendengar berita itu segera lari menuju ruangan Via. Ia menangis.
“Bangun Vi!
Lo harus bangun!” teriak Alex menguncang-guncangkan tubuh Via yang telah kaku.
“Gue sayang
sama lo Vi! Gue cinta sama lo! Gue janji bakal bahagiain lo! Sekarang lo harus
bangun!” teriak Alex semakin menjadi-jadi.
Alex tak
menyerah. Ia tetap menguncang-guncangkan tubuh Via. Dan setelah ia sadar bahwa
Via takkan bangun lagi, ia memeluk Via dengan kuat. Sangat kuat. Ia menyesal.
Yang kini terjadi hanyalah penyesalan.
Di ujung
jalan ini..
Aku
menunggumu, aku menantimu..
Di tengah
terik matahari..
Aku
menyayikan kisah tentang kita…
Awan mendung
tampak menghiasi langit pagi ini. Burung-burung yang berkicau pelan pun seperti
menjadi soundtrack hati Alex saat ini. Sejam setelah pemakaman Via, disana
masih tampak Alex yang berlutut memandang batu nisan Via. Ia memandang tempat
peristirahatan terakhir Via, lalu menggenggam tanah makamVia.
“Kembali
lah.. Aku tahu ini mustahil tapi cobalah kembali..” lirih Alex bercucuran air
mata.
“Setiap yang
hidup pasti akan mati.. Dan setiap yang mati tak hidup lagi dan itu yang harus
lo tau..” ucap Natasya berdiri di belakang Alex. Alex hanya terdiam. Ia
mengutuk dirinya sendiri yang sangat bodoh menyia-nyiakan gadis yang sangat
mencintainya, dan kini ia sudah tahu bahwa ia pun juga mencintai Via. Tapi
semua terlambat.
Alunan
dinding suara hati mengulas kembali..
Jejak yang
tlah lalu..
Untaian
nada-nada yang tercipta..
Aku abadikan
di tempat terindah..
“Penyesalan
itu pasti datangnya diakhir Lex.. Dan semua ini pelajaran bagi lo untuk
menghargai setiap orang yang mencintai lo..” ujar Natasya tulus.
Tuhan
kembalikan segalanya tentangdia
Seperti
sedia kala
Izinkan aku
tuk memeluknya
Mungkin tuk
terakhir kali
Agar aku
dapat merasakan cinta ini selamanya
“Oh ya,
sebelum Via pergi dia nitip ini sama gue..” Alex yang merasa nama Via di sebut
Natasya pun, akhirnya mengalihkan pandangannya pada Natasya, lalu perlahan
mengambil amplop berwarna biru langit itu.
“Tenang, gue
nggak pernah ngebacanya sedikitpun.. Gue pulang dulu ya.. Yang tabah.” Ucap
Natasya lalu berjalan menjauhi Alex.
Ketika malam
telah tiba
Aku
menyadari, kau takkan kembali
Dear Alex..
Aku tak tahu
kapan cinta ini hadir di hidupku, ia datang begitu saja dan menempati ruang
tersendiri di hati ini. Aku juga tak mengerti mengapa ku tetap bertahan saat
cinta itu enggan untuk dekat denganku. Yang ku tahu, jelas inilah cinta tulus.
Walau beribu kali cinta itu menolak, yang anehnya aku terus betahan.
Bertahan dan
terus bertahan. Hingga ku tak tahu kapan ku kan berhenti tuk bertahan dan
memutuskan tuk pergi. Aku bahagia memiliki rasa ini, walau orang-orang bilang
inilah yang di sebut cinta bertepuk sebelah tangan. Mencintaimu dalam diam pun
sudah cukup bagiku, sangat cukup.
Saat waktu
telah memanggil ku nanti, aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku sangat
mencintaimu walau pun kamu tak memiliki rasa yang sama dengan ku. Aku berharap,
Tuhan mau menjagamu untukku.
Ada banyak
orang yang bilang, bahwa manusia yang telah mati akan menjadi salah satu
bintang di langit. Aku sangat ingin menjadi bintang yang paling terang. Hingga
kamu dapat melihatku dengan jelas.
Tersenyumlah
dan tetap bahagia saat melihat ku diatas sana, walau kamu hanya bisa melihat ku
di saat malam telah tiba. Tapi yakinlah, aku juga bisa menjadi bintang pagimu.
Jika kamu rindu, pandang langit, sebut namaku dan kan ku pastikan aku kan
selalu ada di sampingmu. Selalu. Ingat dan kenanglah aku yang sangat
mencintaimu.
Dari
seseorang yang mencintaimu (Via)
Setelah
membaca surat dari Via, air mata Alex mengalir. Sungguh, hanya rasa penyesalan
lah yang memenuhi hati dan hidupnya saat ini. Mengapa ia sebegitu bodohnya?
Untuk menjuarai Olimpiade Matematika yang mempunyai sejuta rumus saja ia
sanggup, mengapa ia tak bisa menciptakan rumus tuk hidupnya sendiri?
“Aku
mencintaimu.. Sangat..” lirih Alex, menggenggam erat surat yang telah ia
bacatadi. Ia berjanji pada dirinya sendiri akan menghargai siapapun yang
mencintainya. Ia tak ingin kehilangan untuk kedua kalinya.
Alex
beranjak dari kamarnya, lalu menuju balkon rumahnya. Ia hanya bisa berdiri
mematung, lalu perlahan menengadah menatap langit. Perlahan, ia mengangkat
tangannya, dan menunjuk salah satu bintang yang paling terang.
“Aku yakin..
Itu pasti kamu.. Aku bahagia telah mendapatkan cinta dari gadis sepertimu.. Aku
mencintaimu.. Aku merindukanmu..” ucapnya seakan Via dapat mendengar semua yang
ia katakan.
“Tenang,
Tuhan pasti menjagaku untukmu.. Maafkan aku yang telah menyia-nyiakanmu..
Sekarang aku sadar kau lah cintaku. Walau.. terlambat..”
“Andai saja
kau masih di sini…” lirihnya menutup mata tuk mengurangi sesak yang bergemuruh
di dadanya.
.
"Kamu
suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"
No comments:
Post a Comment